Sunday 24 January 2016

Membongkar Klinik Pengobatan Berkedok Agama (part 1)

Pembaca sekalian semoga tidak bosan membaca tulisan blog saya. Sudah menjadi rahasia umum di negeri ini banyak  percayai dukun dukun bahkan berkedok agama mendapat tempat di masyarakat Indonesia. Klenik dukun serta sihir bersama turunannya yang singkatnya STMJ (Santet Tenun Magic Jenges). Bahkan mulai kecil maupun besar dikembalikan kepada dukun. Mencari jodoh , naik jabatan , cari kerja, berdagang, berbisnis bahkan berpolitik maju pileg pilkada diserahkan ke dukun dan dipengaruhi oleh kebijakan kebijakan oleh dukun. Sehingga dukun menjadi orang yang paling dicari cari   dianggap manusia paling berjasa dalam kehidupan dan menentukan nasib semua orang. Kita lihat banyak orang walaupun  banyak orang berilmu dan berpendidikan tinggi tidak dapat berkutik di hadapan dukun tidak banyak berfikir dan menganalisa . Bahkan mereka seperti mayat dihadapan orang yang memandikannnya. Menyerahkan seluruh jiwa raga digantungkan di hadapan dukun. Banyak yang mau merantau dibawain air atau tanah kuburan oleh dukun alasan biar betah disana.
Mengapa manusia banyak menggantungkan diri dengan dukun? Memang harus diakui saat ini susah dibedakan antara Kyai, Dukun, Paranormal dan orang pinter. Seandainya ada lomba Olimpiade orang pinter, kalau orang jepang pinter robot, Jerman pinter mesin, Amerika pinter rudal, maka di kita pinter nyantet. Apalagi orang awam asal lihat tulisan arab sudah takut dan percaya. Orang awam tulisan arab dianggap Quran, tulisan arab dianggap benar berkaromah. Padahal  itu cuma tulisan biasa bahasa arab banyak beredar seperti buku biasa. Ada juga  lagu bahasa arab dianggap ibadah misal Magadir atau Ya robi fil mustofa di setel masjid-masjid padahal itu adalah dangdut padang pasir tidak ada hubungannya dengan ibadah. .
Kembali ke masalah perdukunan Ini harus diluruskan karena banyak orang berusaha , banyak orang bekerja dan banyak berkarya saat ini sudah menggunakan   cara tidak logis. Membuka warung di pojoknya   dikasih rajah, dikasih tembang telon,  jimat  supaya laris, Beli centongnya dibeli dari dukun harga 2,5 juta, piring piring diinepin dirumah dukun. Kadang kadang memasaknya dikasih celana dalam yang sudah dikasih mantra jopa japu. Apalagi muharam ada arakan arak kyai slamet alias kebo, masyarakat menunggu tai kebo yang rontok ditungguin karena memiliki khasiat obat atau karomah  termasuk campuran kuah bakso atau soto biar laris.
Kalau kita lihat koran koran lokal ,periklanan banyak didominasi  iklan perdukunan. Orang jualan ramalan marak beredar di media media, bahkan menjadi trending topic dan banyak diminati. Dengan foto bersorban seolah sebagai kyai atau orang alim . Padahal setau saya kalau orang alim tidak pernah menunjukkann diri.
(Bersambung)